Sabtu, 10 November 2012
POSKESDES Belum Ada Petugas
Kamis, 07 Juni 2012 , 09:07:00
POSKESDES Belum Ada Petugas
WARGA Dusun Kampung Baru Desa Simpang Kanan Kecamatan Sungai Ambawang
kecewa karena poskesdes yang terletak di Parit Pemerintah Dusun Kampung
Baru belum ditempati petugas. Padahal pembangunannya sudah memakan dua
tahun lalu melalui APBD Kubu Raya. ”Warga kesal karena tidak ada petugas
selama tiga tahun. Ini merupakan bentuk kekesalan dan kekecewaan
warga,” kata Tapyin Ketua Himpunan Mahasiswa Kabupaten Kubu Raya
kemarin.
Ia mengatakan daripada ditempati ular dan hanya
ditumbuhi rumput juga tidak terawat lebih baik difungsikan untuk yang
lain. Terlebih sejak lama pengajuan bidan desa sudah dilakukan ke
pemerintah desa baik melalui forum musrembang. ”Mereka sudah
menyampaikan langsung ke kepala dinas kesehatan namun sampai saat ini
belum ada petugas,” katanya.
Dengan persoalan tersebut, masyarakat Desa Simpang Kanan belum
menikmati pelayanan kesehatan dan hanya dilayani satu petugas kesehatan
juga KKD (Komite Kesehatan Desa) di Desa Durian. Terlebih tanah tersebut
meruakan hibah atau tanah wakaf dari warga desa.”Dan kami dari pihak
mahasiswa akan mengawal dan akan menyampiakan masalah ini kepihak
terkait,” ucapnya.
Ia menjelaskan kalau keberadaan bidan desa
hanya satu tentunya tidak cukup untuk mengkover desa dalam pelayanan
kesehatan. Sebab, desanya sangat luas terdiri dari 5 dusun dan 25 RT/RW.
”Warga menuntut ada solusi kongkrit sehingga warga dua dusun bisa
menikmati pelayanan kesehatan karena poskesdes yang ditempati bidan desa
ada di seberang sungai juga tidak ada jembatan dan harus menyeberang
jauh dan mesti menggunakan jasa penyebrangan,” ujarnya. Lebih jauh
dikatakannya jika ini dibiarkan tidak mustahil gizi buruk dan segala
penyakit akan menjangkit warga. Sebab, warga tidak dapat menikmati
pelayanan kesehatan dengan baik. (den
Dengan persoalan tersebut, masyarakat Desa Simpang Kanan belum menikmati pelayanan kesehatan dan hanya dilayani satu petugas kesehatan juga KKD (Komite Kesehatan Desa) di Desa Durian. Terlebih tanah tersebut meruakan hibah atau tanah wakaf dari warga desa.”Dan kami dari pihak mahasiswa akan mengawal dan akan menyampiakan masalah ini kepihak terkait,” ucapnya.
Ia menjelaskan kalau keberadaan bidan desa hanya satu tentunya tidak cukup untuk mengkover desa dalam pelayanan kesehatan. Sebab, desanya sangat luas terdiri dari 5 dusun dan 25 RT/RW. ”Warga menuntut ada solusi kongkrit sehingga warga dua dusun bisa menikmati pelayanan kesehatan karena poskesdes yang ditempati bidan desa ada di seberang sungai juga tidak ada jembatan dan harus menyeberang jauh dan mesti menggunakan jasa penyebrangan,” ujarnya. Lebih jauh dikatakannya jika ini dibiarkan tidak mustahil gizi buruk dan segala penyakit akan menjangkit warga. Sebab, warga tidak dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan baik. (den
Cerdas Pilih Gubernur
Kamis, 07 Juni 2012 , 09:04:00
Cerdas Pilih Gubernur
Tahun 2012 menjadi tahun penentu pembangunan Kalimantan Barat kedepan,
pesta demokrasi lokal pemilihan langsung gubernur untuk masa jabatan
2012-2018 akan digelar. Tentu ini menjadi angin segar, dimana pesta
politik ini sejatinya menjadi momentum, evaluasi serta koreksi terhadap
proses pembangunan yang telah berlalu selama lima tahun, serta merancang
ulang pembangunan untuk lima tahun kedepan, dengan cara kita memilih
gubernur, dan gubernur terpilih akan membuat RPJM/RPJP. Demokrasi
memberikan kebebasan untuk menentukan pemimpin (gubernur) sesuai hati
nurani, tak peduli latar belakang warna dan suku dan agama selama kita
sesuai kriteria dengan aturan sebagai pemilih, wajib hukumnya kita
menentukan pilihan.
Secara konsepsional, pemili
han
kepala daerah langsung adalah instrument untuk meningkatkan
partisipasi democracy untuk memenuhi unsur-unsur yang diharapkan dalam
pesta demokrasi yang bersifat lokal . Maka salah satu tujuan pilkada
adalah merperkuat legitimasi demokrasi. Kondisi politik lokal hari ini
yang sangat heterogen sering menjadi kegagalan pilkada langsung,
jeleknya pencatatan kependudukan, dan penyelenggaraan pemilih (electoral
governance), kooptasi incumbent dengan pemanfaatan birokrasi sehingga
proses penyelenggaran pilkada tidak objektif.
Kalimantan barat
punya catatan hitam sejarah konflik etnis yang panjang. Masyarakat
tentu tidak ingin terjebak dalam pengkotakan, baik suku ras agama dan
antar golongan, politik primordial yang dimainkan oleh aktor politik,
dengan beberapa selebaran serta kampanye-kampanye terselubung akan
menjadi ancaman yang serius. Pilkada gubernur bukanlah arena untuk satu
suku, agama, dan golongan tertentu tetapi milik semua masyarakat
Kalimantan Barat. Secara normatif dalam hukum perundang-undangan tidak
ada diskriminasi terhadap siapa pun calon gubernurnya. Belajar dari
pengalaman-pengalaman masa lalu, masyarakat yang punya hak pilih harus
benar-benar cerdas dalam menjatuhkan pilihan. Karena ketika salah
memilih kita (masyarakat Kalbar) yang akan menerima akibatnya juga.
Kita semua harus sepakat, menjadikan momentum pilkada gubernur 2012
adalah sebuah perbaikan daerah ini agar lebih baik kedepan. Hilangkan
serta kikis sikap primordialisme yang melekat dalam diri kita. Sudah
saatnya putra bangsa yang berdiri diatas semua suku, golongan, serta
agama dalam memilih dan mentukan gubernur Kalimantan Barat 2012. Semoga.
Sumadi PS
Ketua MPO Himpunan Mahasiswa
Kabupaten Kubu Raya (HMKR)
Kalimantan barat punya catatan hitam sejarah konflik etnis yang panjang. Masyarakat tentu tidak ingin terjebak dalam pengkotakan, baik suku ras agama dan antar golongan, politik primordial yang dimainkan oleh aktor politik, dengan beberapa selebaran serta kampanye-kampanye terselubung akan menjadi ancaman yang serius. Pilkada gubernur bukanlah arena untuk satu suku, agama, dan golongan tertentu tetapi milik semua masyarakat Kalimantan Barat. Secara normatif dalam hukum perundang-undangan tidak ada diskriminasi terhadap siapa pun calon gubernurnya. Belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu, masyarakat yang punya hak pilih harus benar-benar cerdas dalam menjatuhkan pilihan. Karena ketika salah memilih kita (masyarakat Kalbar) yang akan menerima akibatnya juga.
Kita semua harus sepakat, menjadikan momentum pilkada gubernur 2012 adalah sebuah perbaikan daerah ini agar lebih baik kedepan. Hilangkan serta kikis sikap primordialisme yang melekat dalam diri kita. Sudah saatnya putra bangsa yang berdiri diatas semua suku, golongan, serta agama dalam memilih dan mentukan gubernur Kalimantan Barat 2012. Semoga.
Sumadi PS
Ketua MPO Himpunan Mahasiswa
Kabupaten Kubu Raya (HMKR)
Sekolah Tarik Uang Ijazah
Jum'at, 15 Juni 2012 , 09:11:00
Sekolah Tarik Uang Ijazah
Frans: Tidak Dibenarkan Ada Pungutan
SUNGAI RAYA—Ketua Himpunan Mahasiswa Kubu Raya, Tapyin menuturkan
peringatan keras Dinas Pendidikan Kubu Raya tidak ada pungutan apapun
seperti uang ijazah sepertinya masih tidak berlaku. ”Kami masih temukan
sekolah di kabupaten Kubu Raya melakukan pungutan uang menebus ijazah.
Ini terjadi di tingkat SMA/MA/Mts di salah satu Madrash Aliyah di Sungai
Ambawang,” katanya kepada Pontianak Post.
Menurut dia nilai
uang pungutan tersebut mencapai Rp200 ribu. Ini jelas sebagai pungli dan
memberatkan masyarakat. Sebab, mayoritas masyarakat adalah petani karet
dan buruh. “Jika tidak membayar, ijazah tidak dikeluarkan. Sementara
uang dipergunakan juga tidak transparans untuk apa. Juga tidak melalui
musyawarah orang tua siswa,” katanya dengan nada protes keras.
Dia menambahkan ijazah sangat dibutuhkan siswa buat melanjutkan
pendidkan seperti kuliah dan melamar kerja. Misalnya tingkat SMP/MTs
melanjutkan ke SMA. Masyarakat pasti akan tambah pusing ditambah lagi
uang pendaftaran masuk ke SMA dan kuliah bagi lulusan SMA. Lina
Budiarti Ketua Bidang Pendidikan HMKR meminta kepada Dinas Pendidikan
dan Departemen Agama Kubu Raya bersikap tegas memberikan sanksi terhadap
sekolah yang melanggar perintah dinas ini. Bisa saja diberikan surat
peringatan. Jika masih ada sekolah - sekolah yang lain masih membandel
bisa dicabut izinnya dan distop penyaluran dana BOS-nya. ”Percuma jika
program pendidikan komitmennya kurang jelas dalam pembangunan. Akan
tetapi masih ada sekolah melakukan pelanggaran,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya Frans Randus dikonfirmasi
terpisah mengatakan sejak dana program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), berbagai biaya rutin di sekolah-sekolah telah ditanggung oleh
negara. Sehingga ia tidak membenarkan jika sekolah melakukan pungutan
liar. “Untuk SD dan SMP sudah ada dana BOS, misalnya dengan alasan untuk
menuliskan ijazah itu sudah ada posnya, meskipun pos tidak besar tapi
sudah dianggarkan. Sehingga tidak dibenarkan, jika sudah ada posnya
malah menarik pungutan lagi. Itu artinya double anggaran, dari
pemerintah dan masyarakat. Saya tegaskan itu dilarang,” tegasnya.
Menurut dia jika ada sekolah yang melakukan penarikan dana terhadap
siswa kebijakan penarikannya harus mendapat persetujuan dari komite
sekolah dan dilakukan atas kesadaran orang tua siswa. “Orang tua murid
dan komite sekolah mereka berembuk. Mereka rapat dan memutuskan sesuatu
dan itu tidak masalah dan tergantung kesepakatan,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, untuk kebijakan yang dibuat itu juga tidak memberatkan
orang tua murid. Sehingga bagi siswa yang tidak mampu tidak merasa
terberatkan jika memang ada pungutan yang telah disepakati bersama.
“Misalnya, karena tidak mampu membayar, siswa tidak boleh mengambil
ijazah. Ini haram hukumnya dan tidak boleh berbuat seperti itu,” kata
dia. (den)
SUNGAI RAYA—Ketua Himpunan Mahasiswa Kubu Raya, Tapyin menuturkan peringatan keras Dinas Pendidikan Kubu Raya tidak ada pungutan apapun seperti uang ijazah sepertinya masih tidak berlaku. ”Kami masih temukan sekolah di kabupaten Kubu Raya melakukan pungutan uang menebus ijazah. Ini terjadi di tingkat SMA/MA/Mts di salah satu Madrash Aliyah di Sungai Ambawang,” katanya kepada Pontianak Post.
Menurut dia nilai uang pungutan tersebut mencapai Rp200 ribu. Ini jelas sebagai pungli dan memberatkan masyarakat. Sebab, mayoritas masyarakat adalah petani karet dan buruh. “Jika tidak membayar, ijazah tidak dikeluarkan. Sementara uang dipergunakan juga tidak transparans untuk apa. Juga tidak melalui musyawarah orang tua siswa,” katanya dengan nada protes keras.
Dia menambahkan ijazah sangat dibutuhkan siswa buat melanjutkan pendidkan seperti kuliah dan melamar kerja. Misalnya tingkat SMP/MTs melanjutkan ke SMA. Masyarakat pasti akan tambah pusing ditambah lagi uang pendaftaran masuk ke SMA dan kuliah bagi lulusan SMA. Lina Budiarti Ketua Bidang Pendidikan HMKR meminta kepada Dinas Pendidikan dan Departemen Agama Kubu Raya bersikap tegas memberikan sanksi terhadap sekolah yang melanggar perintah dinas ini. Bisa saja diberikan surat peringatan. Jika masih ada sekolah - sekolah yang lain masih membandel bisa dicabut izinnya dan distop penyaluran dana BOS-nya. ”Percuma jika program pendidikan komitmennya kurang jelas dalam pembangunan. Akan tetapi masih ada sekolah melakukan pelanggaran,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya Frans Randus dikonfirmasi terpisah mengatakan sejak dana program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), berbagai biaya rutin di sekolah-sekolah telah ditanggung oleh negara. Sehingga ia tidak membenarkan jika sekolah melakukan pungutan liar. “Untuk SD dan SMP sudah ada dana BOS, misalnya dengan alasan untuk menuliskan ijazah itu sudah ada posnya, meskipun pos tidak besar tapi sudah dianggarkan. Sehingga tidak dibenarkan, jika sudah ada posnya malah menarik pungutan lagi. Itu artinya double anggaran, dari pemerintah dan masyarakat. Saya tegaskan itu dilarang,” tegasnya.
Menurut dia jika ada sekolah yang melakukan penarikan dana terhadap siswa kebijakan penarikannya harus mendapat persetujuan dari komite sekolah dan dilakukan atas kesadaran orang tua siswa. “Orang tua murid dan komite sekolah mereka berembuk. Mereka rapat dan memutuskan sesuatu dan itu tidak masalah dan tergantung kesepakatan,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, untuk kebijakan yang dibuat itu juga tidak memberatkan orang tua murid. Sehingga bagi siswa yang tidak mampu tidak merasa terberatkan jika memang ada pungutan yang telah disepakati bersama. “Misalnya, karena tidak mampu membayar, siswa tidak boleh mengambil ijazah. Ini haram hukumnya dan tidak boleh berbuat seperti itu,” kata dia. (den)
Hedonisme Kaum Muda
ADALAH hedonisme sebagai tonggak awal matinya kritisisasi mahasiswa.
Maraknya pusat perbelanjaan yang melenakan kaum muda melalui berbagai
macam fashion serta gadget terbaru, tontonan infotainment yang menjamur,
acara hura-hura, kafe dan club sebagai tempat tongkrongan asyik masa
kini, serta produk-produk serba instan yang selalu siap meng-instankan
pemuda mahasiswa, termasuk mencetak sarjana instan dengan sistem
copy-paste nya di hampir seluruh perguruan tinggi, adalah salah satu
dampak bahwa hedonisme telah menjalar dalam setiap nalar kritis
mahasiswa.
Kampus tidak bisa
menjadikan mahasiswa cerdas, banyaknya sarjana kebingungan setelah
selesai kuliah menandakan bahwa kampus telah gagal menjadikan manusia
seutuhnya seperti tujuan pendidikan.Kampus sebagai institusi pendidikan
yang mencerdaskan bangsa tak ubahnya seperti tempat arisan. Penuh dengan
pepesan kosong atau sekedar membahas kehidupan yang borjuis.
Sudut-sudut kampus biru tidak lagi dipenuhi oleh mereka yang asyik
berdiskusi soal ilmiah atau permasalahan urgen bangsa. Hanya sedikit
mahasiswa yang masih haus akan ilmu dan kritis terhadap ketidakadilan.
Mahasiswa pun tak mampu lagi berdiri pada garda terdepan untuk
menyatakan sikap penolakannya, karena tak jarang idealisme telah terbeli
oleh manisnya kehidupan hedonis. Namun dibalik itu, ada kondisi yang
jauh lebih parah dimana kampus telah beralih fungsi sebagai kapitalis
pendidikan tempat transaksi dan pembangunan kelas, yaitu kelas yang kaya
dan kelas orang miskin sehingga bisa dipastikan orang miskin dilarang
kuliah.
Dan mahasiswa yang seharusnya haus akan ilmu
pengetahuan, berkarakter kuat, penuh dengan idealisme serta mampu
membawa aksi keberpihakan pada keadilan, kini tidak lagi menunjukkan
semangatnya. Tidak lagi mampu menunjukkan diri sebagai the agent of
social control. Justru cenderung hanya segelintir saja yang masih bisa
bertahan sebagai sejatinya mahasiswa. Namun yang sedikit ini semakin
tersingkir karena dianggap asing dan pemberontak.
Mari kita
tengok mana saja proposal kegiatan yang bisa menembus batas meja
birokrasi. Beberapa kegiatan yang memerlukan kecerdasan pola pikir lebih
sering dikesampingkan ketimbang yang penuh dengan hura-hura dan
euforia. Sekali lagi ini adalah bukti konkrit hedonisme sangat kuat
pengaruhnya di kalangan mahasiswa saat ini.
Akankah selamanya
seperti ini? Terpenjara dalam labirin kehidupan hedonis yang tak akan
pernah putus dan diperbudak oleh kapitalis serta menjunjung tinggi
nilai-nilai konsumerisme, atau segera mengambil sikap untuk kehidupan
yang lebih baik sebagai penerus bangsa. Atau hanya diam lalu membiarkan
bangsa ini berjalan penuh dengan kemunafikan??
Sumadi PS
Ketua MPO Himpunan Mahasiswa
Kabupaten Kubu Raya (HMKR).
Kampus tidak bisa menjadikan mahasiswa cerdas, banyaknya sarjana kebingungan setelah selesai kuliah menandakan bahwa kampus telah gagal menjadikan manusia seutuhnya seperti tujuan pendidikan.Kampus sebagai institusi pendidikan yang mencerdaskan bangsa tak ubahnya seperti tempat arisan. Penuh dengan pepesan kosong atau sekedar membahas kehidupan yang borjuis. Sudut-sudut kampus biru tidak lagi dipenuhi oleh mereka yang asyik berdiskusi soal ilmiah atau permasalahan urgen bangsa. Hanya sedikit mahasiswa yang masih haus akan ilmu dan kritis terhadap ketidakadilan.
Mahasiswa pun tak mampu lagi berdiri pada garda terdepan untuk menyatakan sikap penolakannya, karena tak jarang idealisme telah terbeli oleh manisnya kehidupan hedonis. Namun dibalik itu, ada kondisi yang jauh lebih parah dimana kampus telah beralih fungsi sebagai kapitalis pendidikan tempat transaksi dan pembangunan kelas, yaitu kelas yang kaya dan kelas orang miskin sehingga bisa dipastikan orang miskin dilarang kuliah.
Dan mahasiswa yang seharusnya haus akan ilmu pengetahuan, berkarakter kuat, penuh dengan idealisme serta mampu membawa aksi keberpihakan pada keadilan, kini tidak lagi menunjukkan semangatnya. Tidak lagi mampu menunjukkan diri sebagai the agent of social control. Justru cenderung hanya segelintir saja yang masih bisa bertahan sebagai sejatinya mahasiswa. Namun yang sedikit ini semakin tersingkir karena dianggap asing dan pemberontak.
Mari kita tengok mana saja proposal kegiatan yang bisa menembus batas meja birokrasi. Beberapa kegiatan yang memerlukan kecerdasan pola pikir lebih sering dikesampingkan ketimbang yang penuh dengan hura-hura dan euforia. Sekali lagi ini adalah bukti konkrit hedonisme sangat kuat pengaruhnya di kalangan mahasiswa saat ini.
Akankah selamanya seperti ini? Terpenjara dalam labirin kehidupan hedonis yang tak akan pernah putus dan diperbudak oleh kapitalis serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsumerisme, atau segera mengambil sikap untuk kehidupan yang lebih baik sebagai penerus bangsa. Atau hanya diam lalu membiarkan bangsa ini berjalan penuh dengan kemunafikan??
Sumadi PS
Ketua MPO Himpunan Mahasiswa
Kabupaten Kubu Raya (HMKR).
Langganan:
Postingan (Atom)